Bagi pengguna WordPress dengan Redis Object Cache, mungkin kamu pernah membuka panel Redis (misalnya lewat phpRedisAdmin atau RedisInsight) dan menemukan angka yang mencengangkan — belasan ribu key tersimpan di dalamnya, seperti wppost-queries
, wppost_meta
, atau wpterm-queries
.

Sekilas terlihat keren karena cache bekerja keras, tapi tahukah kamu kalau jumlah yang terlalu besar justru bisa membebani memori server dan memperlambat sistem?
Apa Itu Redis Object Cache di WordPress?
Redis berfungsi sebagai penyimpan sementara data di RAM agar WordPress tidak perlu berulang kali membaca dari database MySQL.
Contohnya: saat pengunjung membuka artikel, Redis menyimpan hasil query seperti daftar postingan, metadata, hingga hasil taksonomi. Jadi ketika halaman yang sama diakses lagi, WordPress cukup membaca dari Redis jauh lebih cepat daripada MySQL.
Namun ada satu hal penting: cache seharusnya sementara, bukan permanen.

Ketika Redis Terlalu Penuh
Jika jumlah key di Redis mencapai 15.000+ dan semuanya bertanda “Permanent” (tidak punya waktu kedaluwarsa), itu berarti:
- Cache tidak pernah dibersihkan.
- Redis terus menumpuk data lama.
- Dan pada akhirnya memori RAM server akan cepat penuh.
Dampaknya:
- RAM cepat habis
Karena Redis menyimpan semua data di memori, semakin banyak key = semakin besar konsumsi RAM. - Performa Redis melambat
Jika Redis sudah penuh, proses eviction (menghapus data lama otomatis) bisa membuat kinerja menurun drastis. - Cache usang menumpuk
Data hasil query lama bisa tetap tersimpan walaupun artikel sudah dihapus atau diubah — membuat halaman menampilkan informasi tidak akurat.
Solusi Aman Mengatasi Redis Terlalu Penuh
1. Flush Cache Redis Secara Manual
Jika Redis digunakan hanya untuk WordPress, kamu bisa membersihkan semua cache dengan aman:
redis-cli FLUSHALL
Namun bila Redis juga dipakai aplikasi lain, cukup hapus cache dengan prefix WordPress saja:
redis-cli --scan --pattern "wp*" | xargs redis-cli del
Setelah dibersihkan, Redis akan otomatis mengisi cache baru saat situs mulai diakses kembali.
2. Atur TTL (Time to Live)
Agar cache tidak disimpan selamanya, aktifkan pengaturan TTL di plugin caching.
- Redis Object Cache: masuk ke Settings → Max TTL (contoh:
3600
detik = 1 jam). - LiteSpeed Cache: buka tab Object Cache → Default TTL.
Dengan TTL, data lama akan otomatis terhapus setelah waktu tertentu.
3. Pantau Penggunaan Memori Redis
Cek status Redis lewat terminal:
redis-cli info memory
Perhatikan hasil nilai output:
used_memory_human
Pastikan tidak mendekati total RAM server. Jika sudah terlalu besar, berarti saatnya bersih-bersih cache.
4. Gunakan Cron Job Otomatis untuk Pembersihan
Kamu bisa menjadwalkan pembersihan rutin agar Redis tidak membengkak:
0 3 * * 7 redis-cli --scan --pattern "wp*" | xargs redis-cli del
Perintah di atas membersihkan cache WordPress setiap Minggu pukul 03:00 pagi, saat trafik rendah.
Kesimpulan
Redis memang bisa membuat WordPress jauh lebih cepat — asal dikelola dengan benar.
Jika jumlah key sudah mencapai belasan ribu dan semuanya “Permanent”, maka Redis bukan lagi sekadar cache, tapi sudah jadi “penimbun data”.
Dengan flush cache rutin, pengaturan TTL yang benar, dan pemantauan memori, Redis bisa tetap efisien dan menjaga performa server tetap ringan.